Selamat Datang, Silahkan Membaca, Kritik atau Komentar yang Membangun dari Anda Saya Harapkan demi Kemajuan Blog Ini. Jika Terdapat Kesalahan di dalam Penulisan, Harap Konfirmasikan Melalui Facebook Pengeblog
Salam Hangat
--- www.soviyullah.blogspot.com ---

Selasa, 04 Desember 2012

Sedikit Tentang Gus Dur Presiden yang Santri


Ulama yang sangat dihormati di Saudi Arabia, dalam satu negara yang menganut faham Wahabi, Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki, yang muridnya tersebar di seluruh dunia, memberi penghormatan pribadi kepada Gus Dur ketika berkunjung ke kediamannya.
Besarnya pengaruh ulama yang mendalami mazhab Maliki ini telah berlangsung sejak dahulu. Lima orang kakek pendahulunya merupakan pemuka mazhab Imam Maliki di Makkah. Raja Saudi Arabia Faishal, tak akan membuat kebijakan terkait dengan Masjidil Haram sebelum berkonsultasi dengannya.
Ia belajar di Al Azhar Mesir dan memperoleh gelar Doktor pada usia 25 tahun, yang merupakan orang Saudi pertama yang mencapai gelar akademik tertinggi pada usia termuda. Sebagai seorang akademisi, ia telah mengarang lebih dari 100 kitab. Muridnya tersebar di seluruh dunia, terutama berasal dari Indonesia, Malaysia, Mesir, Yaman dan Dubai. Mereka yang belajar di pesantrennya difasilitasi penuh olehnya.
Alawi Al Maliki meninggal tahun 2004 dan upacara penguburannya merupakan yang terbesar dalam 100 tahun belakangan. Radio Arab Saudi selama tiga hari penuh hanya memutar al Qur’an untuk menghormatinya.
Ayahnya, Sayid Alwi Al Maliki adalah guru dari pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Dia juga pernah menjadi guru besar di Masjidil Haram pada 1930-an dan 40-an dan merupakan ulama terbesar pada zamannya. Banyak ulama sepuh dari Nahdlatul Ulama yang menimba ilmu dari Sayid Alwi Al-Maliki yang merupakan ahli hadist.
Penghormatan kepada Gus Dur, yang waktu itu masih menjabat sebagai ketua umum PBNU, oleh orang terhormat ini dituturkan oleh KH Said Aqil Siroj, yang waktu itu menemaninya bersama Ghofar Rahman, sekjen Gus Dur dalam satu kunjungan ke Mekkah.
Sebagai ulama terkemuka, Sayyid Maliki selalu dikunjungi oleh tamu dari berbagai negara. Waktu Gus Dur datang ke kediamannya, di ruang tamu sudah banyak sekali orang yang mengantri.
Begitu Gus Dur datang, ia langsung dipersilahkan masuk, bahkan diajak berbincang di kamar tidur pribadinya, bukan di ruang tamu. Gus Dur dikasih uang, arloji mewah dan barang berharga lainnya sebagai tanda penghormatan.
Dalam pertemuan tersebut, Kiai Said mengggambarkan, “Begitu hormatnya mereka berdua. Dan mereka bukan orang sembarangan,”
---------

Kisah tentang Gus Dur yang ada di beberapa lokasi muncul dari testimoni beberapa orang dekatnya, sehingga seringkali mereka malah bertengkar karena dua-duanya berkomunikasi dengan Gus Dur di tempat yang berbeda dalam waktu yang sama.
Kiai Said Aqil Siroj juga pernah mengalami hal yang sama, ia “dikerjai” oleh Gus Dur sehingga sampai harus berdebat dengan temannya.
Kisahnya bermula ketika itu malam-malam, sehabis mengimami sholat isya, ia bertandang ke rumah Gus Dur, yang merupakan tetangga sebelah rumah di Ciganjur. Karena Gus Dur belum datang, ia duduk-duduk di teras rumahnya.
Tak lama kemudian, datang Suparta, salah satu pejabat BKKBN, yang juga bertamu ke rumah Gus Dur untuk mengundang ceramah. Suparta mengaku baru saja menelepon Gus Dur, waktu itu belum ada HP sehingga telepon yang digunakan telepon rumah, dan yang menjawab Gus Dur sendiri.
Dalam pembicaraan telepon tersebut, Gus Dur mengatakan tak bisa menghadiri undangan BKKBN karena harus menghadiri haulnya Kiai Ali Maksum di Krapyak Yogyakarta. Suparta menegaskan, yang menerima dan menjawab telepon benar-benar Gus Dur sendiri karena ia sudah hapal nada dan suaranya.
Tentu saja Kang Said yang sudah menunggu di rumahnya membahntah, Gus Dur tidak ada di rumahnya dan saat itu ia sedang menunggu kedatangannya.
Akhirnya perdebatan diantara keduanya selesai setelah mobil Gus Dur muncul bersama tuannya didalam kendaraan tersebut. Keduanya lalu dipersilahkan masuk oleh Gus Dur ke dalam rumah.
Pada kesempatan tatap muka itu, Suparta kembali menyampaikan keinginannya mengundang Gus Dur, yang waktu itu masih menjadi ketua umum PBNU, untuk ceramah dalam sebuah acara BKKBN dan jawaban yang diterima sama seperti yang disampaikan dalam pembicaraan lewat telepon bahwa ia ada haul KH Ali Maksum di Krapyak sehingga tak bisa menghadiri undangan BKKBN.
Lalu siapa sebenarnya pria yang menjawab lewat telepon dengan suara persis seperti Gus Dur dan jawaban yang disampaikan juga sama persis dengan jawaban Gus Dur ketika bertatap muka bahwa ia tidak bisa memenuhi undangan BKKBN?Wallahu a’lam.
---------
Wali memang kekasih Allah, tetapi diantara wali sendiri terdapat tingkatan-tingkatan. Semakin tinggi tingkatan seorang wali, mereka yang posisinya lebih rendah akan lebih menghormatinya.
Kali ini, cerita salah satu karomah Gus Dur diungkapkan oleh Kiai Said Aqil Siroj saat menjalankan umrah Ramadhan, ketika Gus Dur masih menjadi ketua umum PBNU.
Kang Said menuturkan setelah sholat tarawih berjamaah, ia diajak oleh Gus Dur untuk mencari orang yang khowas (khusus), yang ibadahnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah dan malu mengharapkan pahala, meskipun itu tidak dilarang. Mereka sudah berprinsip, manusia datangnya dari Allah, maka dalam beribadah, tak sepantasnya mengharapkan imbalan.
Berdua bersama Gus Dur, mereka mengunjungi satu per satu kelompok orang yang memberi pengajian, ada yang jenggotnya panjang, ada yang kitabnya setumpuk dan mampu menjawab segala macam pertanyaan, ada yang jamaahnya banyak, tetapi semuanya dilewati.
Lalu sampailah mereka dihadapan seorang Mesir yang sederhana, surbannya tidak besar, duduk di sebuah sudut. Kang Said selanjutnya diminta oleh Gus Dur untuk memperkenalkan dirinya sebagai ketua umum Nahdlatul Ulama dari Indonesia
Tak seperti biasanya, orang Mesir terkenal dengan keramahannya, biasanya langsung ahlan wa sahlan ketika menerima tamu, tetapi yang satu ini bersikap agak ketus ketika ditanya.
Kang Said menyampaikan niat dari Gus Dur untuk meminta sekedar doa selamat dari orang tersebut.
Setelah berdoa ia langsung lari, dan menarik sajadahnya sambil berkata “Dosa apa aku ya robbi sampai engkau buka rahasiaku dengan orang ini”.
Kang Said berkesimpulan bahwa orang tersebut merupakan wali yang sedang bersembunyi, jangan sampai orang lain tahu bahwa ia adalah wali, tetapi ternyata kewaliannya diketahui oleh Gus Dur, yang derajat kewaliannya lebih tinggi, dan ia merasa rahasianya terungkap karena ia memiliki dosa
---------
Tuan Guru Turmudzi, ulama yang dihormati masyarakat Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) merasakan berkah dari kewalian Gus Dur dalam penyelenggaraan Munas NU tahun 1997 yang diselenggarakan di pesantrenya di Bagu Lombok Tengah.
Dengan posisinya yang berada di Lombok, kondisi pesantrennya masih sangat sederhana, bangunan untuk mengaji masih ala kadarnya. Jumlah santri yang belajar juga tidak begitu banyak. Situasi yang ada sangat kurang layak untuk menggelar sebuah acara nasional dengan lancar.
Namun begitu ditetapkan oleh sebagai lokasi munas oleh Gus Dur, yang waktu itu merupakan ketua umum PBNU, berbagai macam bantuan datang untuk mensukseskan acara, berupa sarana untuk memperbaiki infrastruktur pesantren atau kebutuhan-kebutuhan operasional untuk pelaksanaan acara.
Berkahnya pun terasa sampai sekarang, pesantrennya pun semakin maju dan berkembang dan menjadi sebuah pesantren yang semakin dikenal masyarakat di NTB. Ia merasa, ini semua adalah berkah keputusan Gus Dur dengan menjadikan pesantrennya lokasi munas NU.
---------
Ulama terkemuka dari Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Turmudzi Badruddin merupakan sahabat Gus Dur, dan orang yang sangat mempercayai kewalian Gus Dur, bahkan, ia sempat menguji, apakah Gus Dur termasuk wali atau bukan.
Bagaimana ia menguji kewalian Gus Dur? Kisahnya bermula ketika Gus Dur meninggal dunia. Berita meninggalnya Gus Dur sekitar pukul 7 malam 30 Desember 2011 itu dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru dunia dan seluruh masyarakat pun terkejut akan kejadian tersebut.
Ia bersama dengan rombongan malam itu pun langsung mencari tiket untuk penerbangan esok hari ke Surabaya untuk mengikuti pemakaman Gus Dur di Jombang. Kebetulan sekali, tibanya pesawat jenazah Gus Dur dari Jakarta dan penerbangan dari NTB hampir berbarengan.
Dengan pengawalan, jenazah Gus Dur bisa melaju cepat dari Surabaya ke Jombang, sementara ia mengikuti dari belakang rombongan tersebut.
Sayangnya, begitu memasuki Jombang mobil rombongan yang ditumpangi ketinggalan jauh dari mobil jenazah Gus Dur karena tumpah ruahnya para peziarah yang memasuki Jombang.
Kemacetan pun sangat parah, mobil-mobil semuanya menuju pesantren Tebuireng, untuk mengikuti prosesi pemakaman. Karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa, ia pun mengajak teman-temannya berdoa.
“Mari kita baca surat Alfatihah, jika Gus Dur benar-benar wali, maka kita akan diberi kemudahan,” katanya ketika berbincang dengan NU Online disela-sela rapat pleno PBNU di kompleks pesantren Krapyak Yogyakarta.
Tiba-tiba saja, terdapat motor pengawalan (forider), yang memintanya untuk cepat-cepat bergerak sehingga ia dengan lancar dapat memasuki kompleks pesantren dengan gampang dan setelah itu, motor pengawal tersebut pun menghilang.
---------
Jakarta, Koordinator Kaukus Parlemen Indonesia untuk Palestina yang juga politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Al-Muzzammmil Yusuf akhirnya harus mengakui keunggulan mentan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Pengakuan ini terbersit dalam pernyataan Al-Muzammil mengenai serangan tentara NATO ke Libya.
Al-Muzammil menilai serangan militer Amerika Serikat beserta sekutunya ke Libya yang menewaskan banyak warga sipil merupakan wajah sesungguhnya dari kebijakan politik luar negeri AS. Tujuan AS dan sekutunya dalam agresi militer di Libya bukan untuk membantu rakyat Libya agar keluar dari krisis, namun untuk menunjukkan hegemoni AS di Timur Tengah dan kepentingan pragmatisnya untuk minyak Libya.
“Obama dan Bush itu sama saja, hanya beda gaya kepemimpinan, substansi kebijakan luar negerinya sama. Mereka hendak mengeruk keuntungan dari krisis di negara yang kaya dengan minyak. Mereka tidak peduli dengan krisis kemanusiaan di Libya,” kata Muzzammil dalam pernyataan pers-nya di Jakarta, Kamis (24/3).
Sementara itu, jauh-jauh hari sebelum Al-Muzammil berkomentar, Gus Dur telah menyatakan pendapatnya mengenai Obama. Gus Dur, kala Obama baru terpilih, selalu menghimbau masyarakat agar tidak terjebak ke dalam euforia Kemenangan Obama.
“Obama adala presiden Amerika. Tidak perduli dari mana asalnya, tentu dia akan berpihak kepada kepentingan nasional Amerika,” tutur Gus Dur seperti ditirukan Acun, salah seorang santri Gus Dur di Jakarta, Jum’at (25/1).
Menurut Acun, saat siaran di Radio 68 H Kedai Tempo Jakarta, semasa hidupnya, Gus Dur sudah selalu memperingatkan masyarakat agar tidak terlena dengan kemenangan Obama. Bagi Gus Dur, Kemenangan Obama dari Partai Demokrat Amerika bukan berarti kemenangan demokrasi di dunia.
“Jadi kalau ada orang yang baru ngomong sekarang tentang kesamaan obama dan Bush itu terlambat. Mestinya dia mengakui kebenaran Gus Dur. Mestinya di tahu kalau Gus Dur jauh-jauh hari sudah menyatakan hal itu,” papar Acun, sesepuh komunitas Gus Durian Jakarta ini.
Menimpali Acun, salah seorang santri Pesantren Ciganjur, Ichank, juga berkomentar sama. menurut Ichank, sejak awal Gus Dur sudah selalu menyatakan bahwa dirinya tidaklah terlalu bergembira dengan kemenangan Obama, Sebab Obama tentu akan lebih mendahulukan kepentingan Nasional Amerika daripada lainnya.
“Gus Dur justru sering menyatakan bahwa lobby Yahudi lebih berkuasa menentukan kebijakan dibandingkan Presiden di Negara Amerika, bahkan di dunia,” tutur Ichank yang mengaku cukup lama mengaji langsung kepada Gus Dur di Pesantren Ciganjur ini.
Lebih lanjut ichank menjelaskan, pernyataan politisi PKS Al-Muzammil menunjukkan dirinya tidak peka. Tidak ada korelasi antara kebijakan Amerika di Libya dengan rakyat Palestina. Masing-masing kebijakan dan tindakan Amerika di berbagai belahan dunia, dilakukan dengan sangat sistematis. Termasuk agresi di Libya dan perlindungannya terhadap Israel.
“Mestinya orang-orang yang mengaku memperjuangkan Palestina di Indonesia juga memberikan pernyataan yang memadai mengenai apa yang sebenarnya terjadi di sana. Bukan hanya mempolitisir keadaan rakyat Palestina untuk kepentingan politik pribadi dan kelompoknya saja,” tandas ichank.
---------
Para Waliyullah memiliki berbagai karomah yang menunjukkan kedekatannya dengan Sang Pencipta. Selain kejadian-kejadian aneh, karomah (keutamaan) ini seringkali berupa pengetahuan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa-masa yang akan datang.
Salah satu alasan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sering disebut-sebut sebagai waliyullah adalah pengetahuan Gus Dur mengenai peristiwa-peristiwa yang belum terjadi. Masyarakat Jawa biasa menyebut kemampuan ini dengan istilah “weruh sak durunge winarah.”
Beberapa ulama dan Kiai banyak menceritakan tentang kemampuan Gus Dur yang satu ini. Selain cerita kebiasaan tidur di kala seminar yang kemudian terbangun dan bicara dengan sempurna mengenai isi pembicaraan sebelumnya, Gus Dur juga memiliki cerita kemampuan “weruh sak durunge winarah” ini di dunia nyata.
Kisah berikut ini diceritakan oleh Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jakarta Utara, KH Miftakhul Falah tatkala Beliau turut menunggui Gus Dur yang dirawat di Rumah Sakit Umum Koja Jakarta Utara, sekitar tahun 1994-an.
Dalam ceritanya, KH Miftakhul Falah menceritakan, sewaktu Gus Dur sedang dirawat di RS Koja, beliau menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Habib Hasan di Pemakaman Koja. Dalam berziarah ini, Gus Dur selalu ditemani oleh beberapa orang sambil mendengarkan ceritanya.
“Kalau di kemudian hari makam ini dibongkar, maka akan terjadi kerusuhan,” kata Miftakhul Falah menirukan kata-kata Gus Dur kala itu.
Menurut Miftah, tidak seorang pun yang mengerti dan akan membayangkan kalimat Gus Dur tersebut akan menjadi kenyataan pada suatu ketika. Namun rupanya, zamanlah yang kelak membuktikan kata-kata Gus Dur tersebut.
“Terbukti. Ketika makam tersebut akan dibongkar, benar-benar terjadi kerusuhan pada bulan April 2010 lalu,” tutur Miftakhul Falah.
Menurutnya, banyak kini di antara temen-temannya yang menjadikan kalimat tersebut sebagai bukti kewalian Gus Dur. Ketika orang-orang lain bahkan belum bisa membayangkan, Gus Dur telah mengungkapkannya.
---------
Ilmu ladunni adalah ilmu yang langsung diperoleh dari Allah, bisa berupa ilham sehingga jika seseorang memiliki ilmu ini, ia tak perlu belajar karena Allah telah memberikan pengetahuan secara langsung kepada orang yang hatinya bersih karena jiwa yang bersih dapat berkomunikasi langsung dengan sumber ilmu, yaitu Allah.
Istilah ilmu ladunni berasal dari sebuah ayat Qur’an, diambil dari kalimat ‘minladunna ilman’, … ilmu yang berasal dari sisi Kami (Allah) tercantum dalam QS. Al Kahfi : 65
“..lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
Ayat ini menceritakan kisah pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam sebuah perjalanan dan Khidir menunjukkan sejumlah rahasia dan hikmah dibalik sebuah peristiwa yang tidak diketahui oleh Musa.
Jika seorang mukmin telah diberi ilmu ini, maka ia dapat mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, baik pada masa sekarang atau yang akan datang, dengan firasat tajam yang dimilikinya.
Sebagian kiai di lingkungan Nahdlatul Ulama percaya bahwa Gus Dur merupakan orang yang diberi keberkahan oleh Allah dengan ilmu ladunni sehingga bisa memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas tanpa susah-susah belajar atau mampu meramalkan masa depan.
Keyakinan para kiai akan ilmu ladunni Gus Dur ini diungkapkan oleh mantan ketua PBNU H Mustofa Zuhad Mughni karena Gus Dur memiliki keikhlasan yang luar biasa dan tidak menjalankan maksiat.
Akan kemampuan otak Gus Dur, ia sering membuktikan sendiri. seringkali sehabis pulang dari luar negeri, Gus Dur membawa buku-buku baru, yang masih terbungkus rapi. Kemudian, buku tersebut diserahkan kepadanya untuk dibaca. Seminggu kemudian, ia mengembalikan buku tersebut, dan hanya dengan melihat daftar isi, referensi dan kesimpulan, Gus Dur sudah mampu mengajak diskusi isi buku tersebut.
“Gus Dur sudah paham isinya semua, padahal kita harus baca penuh,” katanya.
Menurutnya, kamampuan ilmu Gus Dur ini lebih dari jenius karena gabungan dari daya ingat yang kuat dan analis tajam. “Bacaannya banyak, ingatannya juga kuat,”
Salah satu bukti kuatnya ingatan Gus Dur adalah ia mampu mengingat lebih dari 2000 nomor telepon. Saat sekretaris pribadinya masih mencari sebuah nomor telepon di buku catatan, Gus Dur dengan enteng langsung menyebutkan nomornya. Daya ingat Gus Dur ini mulai menurun ketika kapalanya harus di opeasi akibat stroke.
Mustofa Zuhad juga menuturkan, dalam pertemuannya dengan Duta Besar Iran untuk Indonesia tahun 1991, sayangnya ia lupa namanya. Sang Dubes berpendapat orang yang memiliki kelemahan fisik di inderanya, maka ia memiliki kelebihan di tempat lain. Indra penglihatan Gus Dur sejak lama sudah lemah, dengan ukuran minus 23.
“Ingatannya sangat kuat, joke-joke sudah seperti kamus aja,” ujarnya
---------
Salah satu pesan Gus Dur kepada generasi muda adalah menyatukan seluruh komponen bangsa yang terpecah dalam berbagai kelompok sosial untuk memajukan Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat.
Dalam satu kesempatan, santri Gus Dur, Nuruddin Hidayat mendapat pesan agar berjuang untuk menyatukan golongan santri dan abangan, yang selama ini secara psikologis terpisah, sebagai fihak yang rajin mengamalkan ajaran Islam dan golongan yang lebih dekat dengan ajaran kebatinan dan cenderung sekuler.
Pesan ini bermula ketika ia mengantarkan tamu, seorang seniman asal Kudus, untuk bertemu Gus Dur, dengan maksud mencari dukungan dalam pembangunan Taman Budaya Kudus.
Si Seniman juga menuturkan bahwa yang menjadi ikon dari Taman Budaya tersebut bukanlah Sunan Kudus, tetapi RM Sosrokartono, kakak pertama dari RA Kartini, yang juga merupakan tokoh spiritual Jawa.
Gus Dur sangat mengapresiasi usulan itu, ia merasa tidak asing dengan Sosrokartono yang memiliki banyak kelebihan spiritual dan mampu menyatukan antara ilmu kebatinan dan ajaran spiritual dengan ilmu modern.
“Sudah waktunya santri dan abangan bersatu, dan ini tugas kalian yang muda-muda,” pesan Gus Dur, yang masih terus diingatnya sampai sekarang.
Tak banyak orang yang mengenal Sosrokartono, meskipun bagi Gus Dur, figur ini sudah cukup akrab. Ia merupakan intelektual yang disegani di Eropa di tahun 1900-an. Ia kerap dipanggil dengan sebutan De Javanese Prins Pangeran dari Tanah Jawa atau si jenius dari Timur.
Sosrokartono merupakan seorang poliglot, atau ahli dalam banyak bahasa. Ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa suku di Nusantara. Kemampuan berbahasanya ini ditunjang oleh pendidikannya di jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur di Leiden. Ia merupakan mahasiswa pertama asal Nusantara.
Saat Perang Dunia I, ia menjadi wartawan dari the New York Herald Tribune, dengan gaji 1250 Dollar, yang bisa dikatakan cukup mewah untuk ukuran saat itu.
Setelah berkelana di Eropa selama 29 tahun, ia pulang ke Jawa, ikut dalam gerakan kebangkitan nasional bersama Soekarno, bahkan dianggap sebagai guru Proklamator ini.
Rasa nasionalismenya dapat dilacak dalam pidato berjudul Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Indonesia), pada sebuah konferensi di Nederland, Kartono antara lain mengungkapkan
“Dengan tegas saya menyatakan diri saya sebagai musuh dari siapa pun yang akan membikin kita (Hindia Belanda) menjadi bangsa Eropa atau setengah Eropa dan akan menginjak-injak tradisi serta adat kebiasaan kita yang luhur lagi suci. Selama matahari dan rembulan bersinar, mereka akan saya tantang!”
Setelah kembali ke Jawa, ia banyak menjalani tirakat, berpuasa dan tidak tidur selama berhari-hari, biasanya sampai 40 hari lebih. Dengan kemampuan spiritualnya, ia membuka rumah pengobatan di Bandung, hanya dengan air putih, dan rajah bertuliskan alif, banyak orang disembuhkan dari penyakit yang tak dapat disembuhkan oleh para dokter.
Pada hari Jum’at Pahing, 8 Februari 1952 di rumah Jl Pungkur No 19 Bandung, Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram tanpa meninggalkan istri dan anak. Ia dimakamkan di Sedo Mukti, Desa Kaliputu, Kudus, Jawa Tengah. Di sebelah kiri makam Kartono terdapat makam ibunya Nyai Ngasirah dan bapaknya RMA Sosroningrat.
Salah satu prinsip yang dipegang teguh, dan dipahat di nisannya adalah sugih tanpa banda / digdaya tanpa aji /nglurug tanpa bala /menang tanpa ngasorake” (kaya tanpa harta/ sakti tanpa azimat/ menyerbu tanpa pasukan/ menang tanpa merendahkan yang dikalahkan)
Di nisan sebelah kanan tercantum kalimat Trimah mawi pasrah (rela menyerah terhadap keadaan yang telah terjadi), suwung pamrih tebih ajrih (jika tak berniat jahat, tidak perlu takut), langgeng tan ana susah tan ana bungah (tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka), anteng manteng sugeng jeneng (diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
---------
Mimpi bagi kebanyakan orang hanyalah kembang tidur yang tidak memiliki arti, tetapi bagi orang tertentu, mimpi merupakan bentuk isyarat akan sebuah kejadian besar di masa depan.
Kisah mimpi yang sangat terkenal dalam al Qur’an adalah kemampuan Nabi Yusuf dalam menafsirkan mimpi Fir’aun, tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, yang ditafsirkan oleh Nabi Yusuf berupa tujuh tahun zaman kelimpahan pangan dan tujuh tahun masa paceklik. Tafsir itu dijadikan kebijakan negara sehingga Mesir selamat menghadapi situasi sulit.
Mimpi-mimpi yang memiliki makna ini juga masih terjadi sampai sekarang. Santri Gus Dur, Nuruddin Hidayat, menceritakan mimpi salah satu kenalan Gus Dur Ibu Arifin, yang juga hobi berziarah ke berbagai makam keramat seperti Gus Dur.
Waktu itu, Gus Dur masih menjadi ketua umum PBNU dan Ibu Arifin cukup sering mengunjunginya di gedung PBNU.
Suatu malam dalam tidurnya, Ibu Arifin bermimpi melihat Gus Dur sedang membikin pil KB. Karena merasa mendapat mimpi yang aneh dan tidak biasa, ia kemudian berusaha menanyakan kepada Gus Dur, barangkali ada tafsiran dari mimpi tersebut.
“Gus jenengan niki kok damel pil KB, nopo maksude (Gus, anda kok membikin Pil KB, apa maksudnya),”
Gus Dur tak banyak berkomentar, hanya menjawab “Mosok kulo damel pil KB”(Masak saja bikin Pil KB”.
Tak sampai setahun kemudian, makna mimpi tersebut terbukti, ternyata Gus Dur membikin Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang bunyi dan namanya mirip, Pil (P) KB. 
---------
Dunia kewalian adalah dunia yang memiliki banyak dimensi. Dunia kewalian seringkali tidak dapat diterima nalar sehat manusia normal. Karenanya dunia kewalian seringkali pula diidentikkan dengan dunia mistis.
Biasanya para santri (penganut agama yang taat), sejak zaman Hindu, Budha hingga zaman Islam di Indonesia membedakan kepemilikan dan perilaku keilmuan mistik ke dalam dua kategori, yakni kategori ilmu putih dan ilmu hitam. Sejak dahulu kala, ilmu hitam biasa disebut untuk mensifati (mengidentifikasi) keunggulan-keunggulan para tokoh penjahat. Sedangkan kemampuan dan keistimewaan-keistimewaan para tokoh kebaikan, para pahlawan dan para manusia suci.
Kelebihan-kelebihan (maziyyah) ini ibarat “piranti lunak” yang wajib dimiliki oleh bukan hanya tokoh spiritual, namun juga para pemimpin di dalam masyarakat. Begitulah keyakinan masyarakat terpatri dengan kuat, dari yang masih berpola tradisional hingga mereka yang telah menjadi manusia modern.
Mantan Ketua Umum PBNU tiga kali berturut-turut KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai salah seorang tokoh dan pemimpin bangsa, diyakini oleh banyak kalangan memiliki berbagai “piranti lunak” yang dapat dijadikan salah satu alasan untuk mengkategorikannya ke dalam lingkungan para wali. Salah satunya adalah kemampuannya untuk meraga sukma, yakni sebuah kemampuan berada di banyak tempat dalam waktu bersamaan. 
Beberapa orang mengaku pernah membuktikan ilmu Raga Sukma Gus Dur ini. Berbagai cerita menyebutkan bahwa pada waktu yang sama, banyak orang mengaku bertemu dan bercengkrama dengan Gus Dur pada waktu yang sama.  Salah satunya adalah cerita para Banser yang sedang menjaga Gus Dur ketika terbaring sakit di Rumah Sakit Koja Jakarta Utara.
Pada sekitar tahun 1994-an, kala itu Gus Dur Sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara yang pada masa itu dipimpin oleh adik kandungnya, Umar Wahid. Gus Dur sedang terbaring di kamar dengan dijaga oleh dua orang Banser, seorang banser tampaknya bertindak sebagai komandan. Bila malam hari, kedua Banser ini berjaga bergiliran, salah satu tidur dan seorang lainnya terjaga.
Hingga pada suatu ketika, seorang yang bertindak sebagai komandan berkata pada temannya, “Saya keluar sebentar, tolong jaga Pak Kyai dengan baik. Tidak lama, saya segera kembali.” Dia pun segera berlalu.
“Siap!” Jawab sang Banser dengan bersemangat. Sepeninggal temannya, dia pun segera masuk ke kamar perawatan dan duduk di sebelah Gus Dur yang sedang terbaring di atas tempat tidur.
Tidak berapa lama, Gus Dur terbangun dari tidurnya dan mengajaknya keluar mencari udara segar. Dengan tertatih Gus Dur mengajaknya berziarah ke Makam Habib Husein al-Haddad di dekat pintu Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Letak makam tersebut hanya berjarak sekitar 400 meter di seberang Jalan Raya Pelabuhan di depan Rumah Sakit Koja.
Sang Banser pun dengan setia mengikuti Gus Dur yang berjalan tertatih-tatih. Seusai berziarah dan memanjatkan doa, sang Banser pun mengiringkan Gus Dur untuk kembali ke kamarnya. Setelah Gus Dur kembali beristirahat dan tidur, dia pun keluar ruangan.
Namun alangkah kagetnya ketika dia keluar ruangan. Dia mendapati temannya yang tadi keluar sedang menunggunya dengan muka masam, laksana komandan yang menunggu laporan kekalahan dari bawahannya. Dengan menghardik, sang banser yang berlaku sebagai komandan ini berkata, “Dari mana saja kamu, disuruh jaga kok malah keluyuran seenaknya.”
Dengan gelagapan sang banser menjawab, “Siap Dan. Dari Mengantar Pak Kyai berziarah.”
“Jangan buat alasan yang aneh-aneh. Saya hanya pergi sebentar, lalu kembali. Dari tadi saya lihat Pak Kyai tidur di dalam. Sementara kamu tidak ada.” Mereka pun kemudian saling berdebat dan bersitegang tentang penglihatan dan pengalamannya masing-masing.
“Cerita ini adalah ceritanya nyata yang dialami oleh temen-temen Banser di Jakarta Utara,” tutur KH Mistakhul Falah salah seorang tokoh NU Jakarta Utara kepada NU Online.
---------
Jenis pekerjaan yang dilakoni oleh seseorang umumnya menunjukkan identitas dan kapabilitas yang dimilikinya. Semakin tinggi jabatan yang dimiliki, orang akan semakin hormat.
Tetapi ada orang tertentu yang menjalani sebuah pekerjaan demi sebuah tugas besar, meskipun dalam pandangan manusia, pekerjaan yang dijalani ini pekerjaan remeh, bahkan terkesan dihinakan.
Kisah Gus Dur dengan pencari puntung rokok, yang dalam bahasa Jawa biasa disebut ngolei tegesan, masih menjadi bagian dari pengalaman pribadi yang dituturkan oleh santri Gus Dur, Nuruddin Hidayat. Kisah penuh nilai-nilai moral ini bercerita tentang sebuah komitmen besar mencari sosok pemimpin bangsa yang tegas.
Nuruddin, yang biasa dipanggil Udin ini bercerita, kisah pertemuanya dengan sosok pencari puntung rokok yang dihormati Gus Dur ini bermula ketika ia pulang kampung di Demak, beberapa tahun lalu pada momentum lebaran.
Saat di rumah, ia menyempatkan diri untuk silaturrahmi kepada Kiai Hambali di Lasem, salah satu kiai disana yang cukup disegani masyarakat. Saat pulang dari rumah kiai tersebut, ada satu orang yang ingin menumpang kendaraan karena ingin pergi ke masjid Menara Kudus.
Bersama orang itulah, dalam perjalanan pulang, ia diajak ke rumah pencari puntung rokok yang posisi rumahnya di perbatasan Kudus dan Jepara. Sayangnya, pertemuan tersebut gagal karena tuan rumah sedang melawat ke cucunya yang meninggal akibat kecelakaan.
Esoknya, ia sendirian kembali mengunjungi orang tersebut, sebut saja Mbah SN, yang dikampungnya dikenal sebagai dukun Jawa, yang bisa mengobati sakit ringan, seperti sakit anak-anak yang rewel karena diganggu makhluk halus.
Karena pekerjaannya hanya sebagai pencari puntung rokok, kondisi rumahnya juga sangat memprihatinkan. Rumah yang dihuni layaknya gubuk, terdapat sebuah kandang kambing di sebelah rumah, sebuah sumur kuno dan langgar yang sudah mau roboh.
Dalam pertemuan tersebut, ia mengaku dari pesantren Ciganjur, santrinya Gus Dur dan bercerita panjang lebar soal pesantren dan Gus Dur. Ketika pamit pulang, orang tersebut titip salam buat Gus Dur.
Pasca Lebaran, ketika kembali ke pesantren Ciganjur, Udin menceritakan pertemuannya dengan pencari puntung rokok Mbah SN ini dengan Gus Dur, tentang rumahnya yang sederhana dan langgar yang mau roboh.
Langsung saja Gus Dur motong, “Oh ya, ada orang seperti itu di perbatasan Kudus dan Jepara. Yo wis kapan-kapan kita ke sana”
Gus Dur selanjutnya menjelaskan perilaku orang yang mendedikasikan diri untuk mencari puntung rokok. “Niku pendamelane pados tegesan, itu artinya, dia mencari pemimpin yang tegas, nek wis ketemu yo mari (kalau sudah ketemu orangnya, ia berhenti mencari puntung.”
Sayangnya, sampai akhir hayat, Gus Dur belum sempat untuk bersilaturrahmi dengan mengunjungi rumah Mbah SN.
Di lain waktu, Udin kembali menyempatkan diri berkunjung ke rumah Mbah SN dan disela-sela obrolannya, ia menanyakan, apa pernah bertemu dengan Gus Dur, Mbah SN pun menjawab “Yo tau (ya pernah)
Tetapi ketika ditanya bagaimana bisa bertemu dengan Gus Dur dalam kondisinya yang seperti itu, ia tak menjawab, hanya tertawa saja.
Ketika Pilgub Jawa Tengah, Udin juga menanyakan kemungkinan menang-kalahnya satu kandidat yang akan maju, yang kebetulan berkultur NU. Orang tersebut juga mampu menjawab dengan tepat.
---------
Sebagai tokoh yang dihormati dan dikagumi banyak orang, rumah Gus Dur tak pernah sepi dari kunjungan para tamu, baik dari warga NU, pejabat, politisi, wartawan dan sebagainya.
Gus Dur menerima tamu-tamunya biasanya dengan pakaian non formal. Karena kondisi fisiknya yang sudah lemah, biasanya para tamu diajak mengobrol sambil tiduran.
Nuruddin Hidayat, salah satu santri Gus Dur suatu ketika merasa terheran-heran ketika ada tamu, Gus Dur minta untuk digantikan pakaiannya dengan kain sarung dan peci, seperti ketika mau sholat Idul Fitri. Seumur-umur ia belum pernah melihat Gus Dur seperti itu.
Rombongan tamu tersebut sampai ditahan-tahan agar tidak masuk rumah dahulu, sampai Gus Dur dipinjami salah satu sarung milik santrinya agar bisa cepat berganti pakaian.
Tamu, yang diketahuinya ternyata dari Aceh tersebut berpakaian sederhana, dekil, dan memakai celana seperti yang biasa dipakai oleh bakul dawet (penjual dawet). Tamu tersebut diantar oleh aktifitis Aceh.
Perilaku Gus Dur dan tamunya juga aneh. Setelah keduanya bersalaman, Gus Dur pun duduk di karpet, demikian pula tamunya, tetapi tak ada obrolan diantara keduanya. Gus Dur tidur, tamunya juga tidur, suasana menjadi sunyi yang berlangsung sekitar 15 menit.
Setelah sang tamu bangun, ia langsung pamit pulang, tak ada pembicaraan.
Udin, panggilan akrab Nuruddin, karena merasa penasaran, segera setelah tamu pergi bertanya kepada Gus Dur.
Udin: “Gus, ngak biasanya menerima tamu seperti ini”
Gus Dur: “Itu Wali”
Udin: “Apa ada wali seperti itu selain beliau di Indonesia”
Gus Dur: “Tidak ada, adanya di Sudan”
Orang yang sangat dihormati Gus Dur tersebut ternyata adalah almarhum Tgk Ibrahim Woyla dari Woyla Aceh Barat.
Tokoh ini merupakan orang yang sangat dihormati di Aceh. Masyarakat Aceh memanggilnya “Tgk Beurahim Wayla” dan percaya bahwa ia sering menunaikan sholat Jum’at di Makkah dan kembali pada hari itu juga.
Menurut Cerita, masyarakat disana, dia bisa berjalan cepat dan lebih cepat dari mobil. Dia jarang naik bus, tapi lebih senang berjalan kaki. Ia juga dipercaya bisa menghilang
Ada orang yang menyebutnya sebagai “dewa tidur”, yang menghabiskan hari-harinya dengan tidur. Tgk.Ibrahim Woyla juga bisa mengetahui perilaku seseorang dan sering sekali orang yang menemui beliau dibacakan kesalahannya untuk di perbaiki.
Sebelum terjadinya tsunami, Abu Ibrahim yang pernah mengatakan ”air laut bakal naik sampai setinggi pohon kelapa, terbukti tsunami. Posisi tidur Abu yang dianggap aneh (melengkung/ meukewien) ucapannya sedih melihat manusia banyak seperti hewan serta mengatakan dunia ini sudah semakin sempit dan masih banyak cerita gaib yang menjadi kan ulama kharismatik ini selalu dicari-cari hanya untuk dimintai berkahnya.
Tokoh kharismatik ini baru meninggal Juli 2009 lalu dalam usia 90 tahun di kediamannya di Desa Pasi Aceh Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat dan dikebumikan tak jauh dari rumahnya. Ribuan pelayat memberinya penghormatan terakhir.
---------
Gus Dur menghormati siapa saja, tak peduli pangkat dan jabatannya, asal orang tersebut dekat dengan Allah, Gus Dur memintakan doa kepada orang tersebut.
Nuruddin Hidayat, santri Gus Dur di Ciganjur menuturkan pengalamannya yang sangat berkesan ketika ia diminta oleh Gus Dur untuk mencari pemulung yang menyampaikan salam kepadanya.
Udin, panggilan akrabnya, menuturkan, kisah ini bermula ketika ia berada di sebuah warung dekat Mall Cilandak sekitar tarhun 2003. Ketika hendak pergi, di depan warung tersebut, ia bertemu dengan seorang pemulung, seorang bapak-bapak yang sudah berusia tua dengan keranjang di pundaknya sementara kepalanya memakai caping.
Dengan tiba-tiba, orang tersebut memberi salam “Assalamu’alaikum”
Saya menjawab “Wa’alaikum salam”
Ia bertanya lagi “Mas dari pesantren Ciganjur ya?”
Saya menjawab “ Iya. Dalam hati saya agak heran, kok tahu saya dari Ciganjur tempatnya Gus Dur”.
Selanjutnya orang itu hanya bilang, “Sampaikan salam saya kepada Gus Dur,” dan “Saya mengiyakan”. Ia kemudian memperkenalkan namanya, sebut saja HMZ. (nama sebenarnya sengaja dirahasiakan karena orang tersebut masih hidup).
Karena terburu-buru, dan mengingat hanya seorang pengemis saja yang ingin menyampaikan salam kepada Gus Dur sehingga Udin nggak begitu memperhatikan dan langsung pergi.
Baru seminggu kemudian, pagi-pagi ketika berolahraga, salam tersebut disampaikan.
Udin “Gus dapat salam dari HMZ”
Gus Dur “HMZ yang mana?” (karena banyak orang dengan nama HMZ)
Udin “HMZ yang pemulung”
Gus Dur “Kon rene, lho kuwi sing tak golei” (Suruh ke sini, orang itu yang saya cari-cari)
Ia mengaku kebingungan untuk mencari pemulung tersebut karena ketemunya saja di jalan. Ia terus berusaha mencari HMZ, berkeliling dari lapak ke lapak pemulung. Setelah berusaha keras, akhirnya sebulan kemudian, baru ketemu di daerah Ragunan, tepatnya di Kampung Kandang. Esok harinya orang tersebut diajak untuk ketemu dengan Gus Dur.
Pagi harinya, ketika sudah sampai di Ciganjur, Gus Dur bilang kepada pemulung tersebut agar mendoakan bangsa Indonesia. “Orang tersebut yang membaca doa dan Gus Dur yang mengamini,” terangnya.
Pertemuan dengan Gus Dur berakhir disitu dan kemudian HMZ diantar pulang, tetapi Udin mengaku terus menjalin komunikasi.
Saat Idul Qurban, Udin mengaku mengirimkan daging kepada orang tersebut malam-malam. “Entah bagaimana, saya belum datang, ia sudah mempersiapkan diri seolah-olah tahu akan ada tamu yang datang dan meskipun dagingnya belum saya serahkan, ia bahkan sudah bilang terima kasih,” ujarnya.














Tidak ada komentar: