Selamat Datang, Silahkan Membaca, Kritik atau Komentar yang Membangun dari Anda Saya Harapkan demi Kemajuan Blog Ini. Jika Terdapat Kesalahan di dalam Penulisan, Harap Konfirmasikan Melalui Facebook Pengeblog
Salam Hangat
--- www.soviyullah.blogspot.com ---

Selasa, 04 Desember 2012

KH. Hasyim Asy'ari


HADRATUS Syaikh Hasyim Asy'ari adalah sosok kharismatik. Ketokohannya tidak hanya dalam bidang sosial keagamaan tetapi juga dalam bidang ekonomi, politik serta kenegaraan. Fakta telah membuktikan. Tokoh ini meninggal 7 September 1947. Berdasarkan kepres No. 29/1964 ia ditetapkan sebagai pahlawan kemerdekaan nasional.
Dalam novel inspiratif Penakluk Badai karya alumnus Universitas Al-Azhar, Aguk Irawan MN ini kiprah Syaikh Hasyim dikupas tuntas. Dalam dunia pendidikan, Syaikh Hasyim dikenal sebagai sosok yang revolusioner, pembela wong cilik, dan berfikir out of the box. Sejarah bercerita dia membuka lahan pendidikan pesantren (pesantren Tebuireng) dengan memilih tempat yang sepi, dengan membabat hutan lebat, dan hidup di lingkungan orang-orang yang jauh dari peradaban dan agama. Gagasan mendirikan pesantren di tempat yang kurang layak seperti itu ditentang oleh banyak kiai senior, terutama dari pihak sahabat dan keluarganya (hal. 152-155).
Namun dalam pemikiran Syaikh Hasyim pendidikan itu harus lebih banyak diberikan kepada orang yang masih jauh dari peradaban dan kebudayaan adhiluhung. Semua itu dilakukannya tak lain dan tak bukan demi mengembangkan dan meningkatkan kualitas umat Islam secara militan.
Ranah ekonomi juga dirambah oleh Syaikh Hasyim guna meningkatan kualitas umat Islam. Pada 1919, ketika booming informasi dan wacana tentang koperasi sebagai bentuk kerja sama ekonomi di tengah-tengah masyarakat, maka dia tampil dengan gagasan briliannya. Dia bekerja sangat aktif dan produktif. Akhirnya terbentuklah sebuah badan organisasi semacam koperasi semacam koperasi yang disebut dengan Syirkinul Inan li Murabathi Ahli al-Tujjar yang mampu mendongkrak statistik tingkat pekonomian umat islam (hal. 189).
Masa Penjajahan
Kehadiran Hadratusy Syaikh dalam dunia perpolitikan juga memberikan sumbangsih besar bagi bangsa ini, khususnya dalam merebut kemerdekaan dari bangsa kolonial. Dia adalah pahlawan dan pejuang kemerdekaann yang memimpin gerakan perlawanan terhadap Belanda di lapangan secara langsung, menyusun strategi di pos-pos yang ada, dan mengangkat senjata siang dan malam bersama di tengah-tengah pejuang lainnya.
Beberapa bukti konkrit perjuangan dan peran yang dimainkannya adalah saat Belanda menyatakan wilayah Indonesia dalam darurat perang dan merencanakan Ordonansi Milisi Bumiputera tahun 1940. Dia memanggil beberapa kiai untuk datang ke Tebuireng untuk bermusyawarah.
Melalui musyawarah itu, para kiai yang diimami sendiri olehnya menghasilkan sebuah keputusan berupa penolakan terhadap rencana Belanda tersebut.
Bahkan dia sampai mengharamkan dukungan berbentuk apapun, termasuk menyumbangkan darah untuk bangsa kulit putih itu (hal. 327).
Pun pada masa penjajahan Jepang. Hadratusy Syaikh begitu gigih menolak segala bentuk Niponnisasi, seperti menyanyian lagu ''Kimigayo'' dan mengibarkan bendera Hinomaru (hal. 344). Akibat dari aksi perlawanan tersebut pada 1942, dia dijebloskan ke dalam jeruji penjara Mojokerto, dan kemudian ditawan di Surabaya.
Siksaan dan deraan diterimanya selama dalam masa-masa tahanan. Namun, semua itu dihadapinya dengan hati yang tabah, sabar, serta terus berdo'a kepada Allah SWT agar selalu diberi ketebalan iman dan kekokohan dalam memegang prinsip.
Dengan bahasa yang lugas dan mengalir, novel ini menghadirkan kembali sosok keteladanan serta kegigihan kepemimpinan Hadrarus Syaikh Hasyim Asy'ari secara utuh. Novel ini patut bahkan harus dibaca oleh para pemimpin negeri ini sebagai renungan dan teladan atas kepemimpinan mereka.

Tidak ada komentar: