Selamat Datang, Silahkan Membaca, Kritik atau Komentar yang Membangun dari Anda Saya Harapkan demi Kemajuan Blog Ini. Jika Terdapat Kesalahan di dalam Penulisan, Harap Konfirmasikan Melalui Facebook Pengeblog
Salam Hangat
--- www.soviyullah.blogspot.com ---

Selasa, 04 Desember 2012

KH. YUSUF MUHAMMAD GURUKU

Gus Yus lahir di Jember, 23 Pebruari 1952. Ayah (beliau, KH Muhammad, seorang da'i yang cukup disegani di Jember. Sementara ibunya, Nyai Zaenab, adalah putra seorang kiai yang berpengaruh di Jember, Kiai Shidiq. Kiai Shidiq melahirkan putra putra yang di kemudian hari menjadi tokoh nasional seperti KH Mahfudz Shidiq dan penggagas Khittah NU, KH Achmad Shidiq. Kiai Shidiq asal Lasem Rembang ini juga memiliki jalinan erat dengan pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari. Tidak meng herankan, jika darah keNU an Gus Yus sedemikian mendarah daging.
Sejak umur 3 bulan, Yus kecil telah ditinggal ayahnya. Yus kecil hanya tinggal bersama ibunya, Nyai Zaenab Shidiq. Saudara Yus berjumlah enam orang. KH Hizbullah Huda (almarhum), KH Farouq Muhammad (almarhum), Dra. Hj. Fathiyyah Wajiz, Dra. Hj. Noer Endah Nizar, Dra. Hj. Elok Faiqah, MM dan Drs. KH Nadzir Muhammad, MA. Oleh ibunya, Yus bersama saudaranya ditempa pendidikan kedisiplinan yang tinggi. Apalagi, sang ibu menjadi single parent yang juga berposisi sebagai ayah. Karena himpitan ekonomi, sang ibu terpaksa harus berjualan barang amanah milik santri santrinya. Sang ibu sering keliling menawarkan barang dagangannya. Sesekali, wali santri dan alumni juga mengambil dagangan di pondok untuk dipasarkan ke tempat lain.


"Ibu terus dagangan melijo. Jadi, mengambil dagangan amanah dari toko toko. lbu ambil barang. Kadang, wali santri atau alumni yang mengambil di sini atau ibu yang keliling. Saya sering Wiling ke Puger, naik becak. Saya dengan adik bergantian. Waktu itu, di SD ada yang masuk pagi dan siang. Pokoknya, dari kita ada yang libur. Salah satu dari kita membantu ibu ", kenang Gus Nadzir, kakak kandung Yus. Padahal, Nadzir menambahkan," Ibu sewaktu ditinggal ayah, tidak tahu pojoknya pasar. Ini karena didikan Mbah Shidiq, ". Nyai Zaenab berkeinginan menyekolahkan putra putranya sedemikian tinggi sehingga ia harus bekerja keras mendapatkan biaya tersebut.


Memang Yus kecil memulai pendidikannya (1959) di SD Jember Kidul I yang sekarang berganti nama SD Kepatihan 1 di A Dr. Sutomo no. 14. Hampir keluarga besar Bani Shidiq sekolah di sana. Gus Yus kecil yang dulu bernama Muhammad Yusuf Syamsul Hidayat ini baru menyelesaikan pendidikan SD nya pada tahun 1965. Seperti yang lain, masa kecil Yus dilalui dengan ceria. Bahkan, Yus kecil sudah terlihat sebagai orang yang periang dan senang guyon. Suatu saat, " Saya pernah terkesan juga. Zaman dulu, anak anak tidak krasan kalau pakai sepatu. Sepulang sekolah, lewat lapangan Talangsari, sepatu Yus ditaruh di belakangnya. Sambil ditenteng tangan, sepatu itu ditaruh dipundaknya tutur Alfan Jamil, teman SD Yus.

Yus kemudian melanjutkan pendidikannya di SMPN I Jember dan SMAN I Jember. Pada saat itu, Yus sudah aktif di organisasi. Bahkan, pada usia dini, yakni 13 tahun, Yus muda ikut aktif mendirikan IPNU di SMPN tersebut dan berhasil menghentikan seorang guru SMPnya. S emasa di SMA, putra bungsu Nyai Zaenab ini juga ikut OSIS, malah didapuk menjadi sekretarisnya. Selain itu, Yus juga aktif menjadi penyiar di Radio ASHRIA DUA. Setidaknya, ada tiga radio amatir yang dikenal waktu itu. Radio ASHRIA SATU yang terletak di pondok ASHRI sekarang ini, Radio ASHRIA DUA yang terletak di rumah Achmad Shidiq dan Radio SEMERU LIMA, yang ada di kantor NU JI. Semeru no 5, sekarang dekat Bank Mandiri di JI Wijaya Kusuma. Yus, secara bergantian, menjadi penyiar bersama M. Farid Wajdi, Alfan Jamil, Hasyin Syafrawi, dan lain lain. Memang, di Radio ASHRIA DUA, merupakan base camp pelajar pelajar muda NU, baik yang tergabung di IPNU, maupun PMIL Di radio ini, Yus lebih dikenal nama udaranya: ARDLIYAYUSITA.

Seusai SMA, Yus melanjutkan kuliah di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga sekaligus Fakultas Hukurn UGM. Keduanya di Yogyakarta. Tapi, karena kesulitan mernbagi waktu, Yus tidak meneruskan pendidikan di UGM dan malah concern di IAIN. Kendati jenjang pendidikan fomalnya umum (SD, SMP dan SMA), di IAIN Yus tidak tertinggal dengan yang lain. Bahkan, Yus muda kerapkali menunjukkan prestasi yang gernilang. la kerap kali menorehkan prestasi akademiknya. Di sela sela kegiatan kernahasiswaannya, Yus juga nyantri di Pondok Pesantren Krapyak, asuhan KH Ali Maksum. Di sini, seperti kakaknya, Yus belajar mendalarni agarna pada kiai sepuh dan alim dari Rembang tersebut.
Tapi, kecerdasan Yus tidak hanya diasah di tingkat akadernik semata, melainkanjuga di masyarakat. Di kota budaya ini, Yus juga terlibat sebagai aktifis kampus yang piawai, baik di intra maupun ekstra. Di intra karnpus, Yus pemah menjadi wakil sekretaris Dewan Mahasiswa IAIN Yogyakarta. Sementara itu, di ekstra. kampus, ia juga pernah menjadi Ketua Umurn PMll Cabang Yogyakarta pada tahun 1976. Kawan semasanya waktu itu, Selamet Efendi Yusuf, lkhwan Syam, Firdaus Basuni dan lain lain. Hiruk pikuk di bawah tangan besi Orde Baru, menyebabkan Yus beserta kawan kawan aktifisnya pernah dirnasukkan sel korem Yogya dan sernpat dibawa ke LP Wirogunan, karena dicurigai terlibat dalam aksi Malari bersarna Hariman Siregar tahun 1974. Tapi sesungguhnya, ini hanya dalih penguasa untuk mengkait kaitkan Yus dan kawan kawannya dengan Hariman Siregar agar dapat dijebloskan ke penjara.

Pada tahun 1980, Yus melanjutkan kuliah di Fakultas Syari'ah Universitas Madinah. Narnpaknya, ia lebih at home dengan pendidikan agarnanya. Sernasa kuliah di kota ternpat hijrah Nabi Saw ini, Yus juga tampak menonjol dengan teman temannya yang berasal dari Gontor, Padang, Sumatera dan lain lain. Padahal, seperti diketahui, di Madinah waktu itu, sudah ada sekitar 250 hingga 300 an mahasiswa Indonesia yang beragam latar sosialnya. Ada yang dari NU, Muhammadiyah, Persis, al Irsyad, dan lain sebagainya. "Gus Yus, menjadi salah satu tokoh yang disegani", tegas KH Hasan Basri Lc, teman sewaktu di Madinah. KH Hasan Basri yang juga Rektor JAI lbrahimy Sukorejo ini adalah kakak kelas, satu tingkat di atas Gus Yus. Bagi Hasan Basri, Yus kerapkali menjadi "pejuang",dalam soal membela paharn ahlussunah wal jama'ah. Ini terlihat ketika keponakan KH Achmad Shidiq ini menjadi Ketua KMNU Komisariat Madinah dan Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia,

Di tengah tengah keasyikannya belajar di Madinah, Yus besar yang kemudian akrab dipanggil Gus Yus ini menikah dengan istri tercinta, Siti Rosyidah pada tahun 1981. Dengan penuh suka cita, mahasiswa Madinah ini pulang untuk sementara waktu ke Indonesia. Siti Rosyidah sendiri, waktu itu masih kuliah di JAIN Sunan Ampel Surabaya. Sepasang manusia yang berbahagia ini dinikahkan oleh KH Hamid Pasuruan. Memang, KH Muhammad, abah Gus Yus, menitipkan dua putranya yakni Gus Nadzir dan beliau untuk dinikahkan kiai yang dikenal waliyullah tersebut.

Seusai nikah, beliau kembali ke Madinah bersama istri tercinta, meski sang istri sempat melanjutkan kuliah lagi selama tiga bulan di Surabaya. Di Madinah, untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya, beliau dan istri sempat berjualan, baik untuk me layanijarfla'ah haji atau umroh. "Sebab, waktu itu ekonorm kita masih minim", kenang Siti Rosyidah, istrinya. Gus Yus akhirnya dapat menyelesaikan kuliahnya. Tahun 1984, mereka berdua boyongan ke Indonesia.a

Tidak ada komentar: