Selamat Datang, Silahkan Membaca, Kritik atau Komentar yang Membangun dari Anda Saya Harapkan demi Kemajuan Blog Ini. Jika Terdapat Kesalahan di dalam Penulisan, Harap Konfirmasikan Melalui Facebook Pengeblog
Salam Hangat
--- www.soviyullah.blogspot.com ---

Selasa, 18 November 2014

KISAH LUQMAN AL-HAKIM

Tulisan ini akan bercerita tentang seorang hamba sahaya (budak) yang namanya diabadikan di dalam Alquran oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, budak bukanlah orang merdeka, ia tinggal di negara yang sampai hari ini masih terkategorikan sebagai negara miskin, Sudan. Mempunyai postur yang tidak menarik yaitu hitam pekat, berbibir tebal, berkaki besar, tidak ada pada diri yang bersangkutan sesuatu yang berharga, kerjaannya menggembala kambing. Namun namanya dijadikan salah satu nama surat di dalam Al-Qur’an, yaitu Luqman. Dan bukan diabadikan sebagai budak yang berbudi pekerti baik, atau banyak membantu orang lain, tetapi diabadikan sebagai satu-satunya ahli hikmah di dalam Al-Qur’an.
Selang beberapa waktu Luqman berubah menjadi seorang yang alim, sangat bijak, teman-temannya dahulu sesama budak merasa kaget luar biasa ketika bertemu Luqman yang telah berubah 180 derajat karena menjadi tokoh yang sangat terpandang. Ucapannya didengar bahkan dihafal dan menjadi rujukan. Sahabatnya bertanya, “Siapa nama anda?” “Luqman”, jawabnya. “Dulu kami mengenal Luqman sebagai budak dengan postur tubuh yang tidak begitu menarik, penggembala kambing, tidak ada manfaat yang bisa didapat darinya, tapi andakah itu?” “Betul itu saya,” jawab Luqman. “Lalu apa yang membuatmu berubah wahai Luqman? Status dan kecerdasanmu berubah.” Luqman menjawab, “Hanya ada 2 hal; jujur dalam setiap perkataan dan tidak senang mencampuri urusan orang lain.”
Hanya melakukan 2 hal yang terlihat sederhana, tapi kalau dilakukan dengan disiplin, istiqamah, penuh komitmen tinggi maka akhirnya bisa merubah nasib seseorang, tentunya tidak harus berubah  status ekonominya. Tetapi cara pandang bijaksana yaitu ketika seseorang yang tadinya dianggap bukan siapa-siapa, tidak bermanfaat bagi orang lain, berubah menjadi seorang yang didengar. Bahkan dalam kitab tafsir disebutkan, setiap kali Luqman berada atau duduk istirahat, maka akan selalu ada orang yang ingin mendengar apa yang keluar dari lisannya. Kalau membahas surat Luqman, maka akan banyak materi yang perlu disampaikan.
Ada 3 hal prinsip kehidupan yang sangat bernilai yang diajarkan oleh Luqman Al Hakim.
Prinsip Aqidah.
a.  Syirik merupakan kezhaliman yang besar
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar,” (QS. Luqman: 13).
Argumentasi kenapa nasehat pendek di atas penting dan dalam maknanya adalah karena muncul dari seorang ahli bijak. Ketika itu Luqman memulai nasehatnya dengan panggilan “يا بني (wahai anakku sayang)” dengan panggilan halus, lembut dan panggilan yang menyentuh. Dalam bahasa Arab memanggil seorang anak bisa dengan kata “ولد (hai nak)”, “يا ولدي (wahai anakku)”, panggilan ketiga yang paling lembut, yaitu “يا بني (wahai anakku sayang)”.
Luqman memulai nasehatnya dengan panggilan tersebut persis mengikuti teguran Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menegur Rasulullah yang mengharamkan madu dalam rangkan mendapatkan ridha sebagian istrinya “با أيها النبي” (wahai Nabi, kenapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah…).
Ketika memberi nasehat yang tidak diawali dengan mukaddimah yang menyeramkan, tidak dengan ungkapan menyakitkan, maka siapa saja yang akan menerima nasehat itu pasti akan lebih siap untuk menerimanya dengan kepala dingin dan hati yang lapang, karena tidak diawali dengan hal yang menakutkan, tidak dipanggil dengan panggilan yang kasar dan tidak dengan volume yang tinggi. Tetapi يا بني meskipun volumenya dibesarkan juga akan terdengar halus, dibandingkan ketika sebuah kata mengandung huruf qalqalah layaknya ولد  akan terdengar kasar, keras dan kencang meskipun diucapkan dengan nada rendah.
Padahal nasehat Luqman adalah sesuatu yang paling prinsip di dalam aqidah Islam. “Jangan engkau menyekutukan Allah”. Hal ini ketika ingin melarang kadang-kadang sudah jarang mendengar mukaddimah yang santun dan sopan dan enak didengar untuk sebuah larangan, biasanya langsung “tidak”, jarang diawali dengan membuka mukaddimah yang melegakan. Si anak tidak pernah menyangka bahwa ayahnya akan menasehatinya untuk “jangan engkau menyekutukan Allah”, ketika orang tuanya memulai dengan “يا بني”, seolah-olah orang tuanya akan memberikan makanan lezat atau jajan, namun ternyata “wahai anakku, jangan engkau menyekutukan Allah”.
Dan Luqman tidak cukup sampai di situ, ia melanjutkan nasehatnya dengan argumentasi syari’at “Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang besar.” Apa hubungan antara syirik dan kezaliman? Zhalim adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Yaitu ketika seorang merasa ada tuhan lain selain Allah, ketika ia mementingkan sesuatu yang jelas tidak penting dibandingkan Allah Ta’ala, Ketika ia berharap berlebihan pada sesuatu padahal seharusnya harapan dan munajat itu hanya kepada Allah. Menjadi tidak logis seorang anak menurut Luqman, jika sampai anak menyekutukan Allah. Karenanya argumentasi yang disampaikan Luqman adalah agar si anak berpikir kenapa tidak boleh menyekutukan Allah. Bukan dengan ungkapan kalau kamu menyekutukan Allah maka kamu akan dibakar atau Allah akan marah kepadamu dan sebagainya, tetapi Luqman mengetuk logikanya.
Jika si anak cerdas, pasti seorang anak akan bertanya, “Memang apa hubungannya antara zalim dan syirik?” Kesimpulannya Luqman ingin mengatakan, “Anakku, engkau dikaruniai logika pikiran dan itu sesuatu yang amat berharga bagimu dan karena alasan itulah kita manusia menjadi berbeda diantara makhluk Allah lainnya. Namun pastikan logikamu selalu sehat ketika menilai, melakukan hubungan, berkomunikasi, memandang Allah Ta’ala. Allah adalah dzat yang Maha Agung, posisinya adalah Pencipta dirimu, maka tempatkanlah kedudukan-Nya di atas semua yang ada, sehingga tidak pantas jika engkau menyamakan Allah dalam sesuatu yang lain dalam hal apapun. Dengan begitu, maka engkau akan dianggap sebagai anak yang masih sehat jiwanya, sebagaimana jika engkau menyalahi hal ini maka engkau sama saja dengan orang yang sakit jiwa atau gila.”
b.  Ma’rifatullah
“(Luqman berkata), “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam padang pasir atau di langit atau di dalam perut bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus (ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya) lagi Maha Mengetahui,” (QS. Luqman: 16).
Wahai anakku jika ada sesuatu perkataan, perbuatan, pekerjaan, atau benda materi, sesuatu itu layaknya sebiji yang sangat kecil sekali, lalu terletak di padang pasir atau di langit atau terletak di dalam perut bumi, maka pasti Allah akan mendatangkannya. Sesungguhnya Allah Maha Halus (ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu bagaimana kecilnya) lagi Maha Mengetahui.
Luqman menggunakan kiasan dengan retorika yang cerdas, ringkas dan jelas namun langsung sampai kepada tujuan. Si anak dengan cepat memahami bahwa sesuatu yang amat kecil mustahil bisa dicari jika hilang di tengah padang pasir, sesuatu yang amat kecil hilang di luar angkasa tidak mungkin ditemukan lagi, sesuatu yang amat kecil ada di dalam bumi, bagaimana cara mencarinya.
Ketahuilah wahai anakku, sesuatu dalam hidupmu yang nantinya engkau menganggapnya kecil dan sepele, hanya sekedar hati yang berkata tidak senang kepada orang lain, hanya sekedar bisikan-bisikan jahat di dalam dirimu, hanya sekedar apa yang engkau lakukan di dalam kamarmu sendirian, maka sungguh Allah pasti akan mengetahuinya dan akan menghadirkannya nanti pada hari kiamat.
Dengan kiasan sederhana ini, si anak akan benar-benar kenal siapa Rabb-Nya. Bukan layaknya manusia yang tahu luarnya saja, atau pintar memprediksi tapi belum tentu mampu untuk memastikan. Namun bagi Allah Ta’ala sesuatu yang mustahil dalam pandangan manusia, Ia bisa mengetahuinya dan bisa menghadirkannya. Maka inilah yang disebut dengan membangun perkenalan dengan Allah Azza wa Jalla.
Prinsip Ibadah
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah),” (QS. Luqman: 17).
Luqman memberikan nasehat kepada anaknya terkait ibadah dengan 3 perkara:
  1. Mendirikan shalat
  2. Menyuruh manusia mengerjakan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan yang mungkar
  3. Bersabar terhadap musibah yang menimpa.
a.  Mendirikan shalat
Kenapa Luqman hanya mencukupkan dengan mendirikan shalat padahal saat itu syari’at sedekah dan puasa telah ada? Karena shalat diartikan sebagai do’a, shalat adalah saat dimana seorang hamba paling dekat dengan Rabb-Nya. Shalat mewakili silaturrahimnya seorang hamba dengan Rabb-Nya, hubungan antara kita dengan Allah akan terwakili ketika kita bisa melaksanakan shalat dengan baik. Ibadah apa pun bentuknya harus diawali dengan shalat, tidak ada artinya baik dalam segala bidang jika seseorang tidak shalat, dengan shalat maka kita bisa mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, dan hanya mereka yang dekat dengan Allah lah yang pantas melanjutkan perintah syari’at untuk memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Bukan sebaliknya, mengawali dengan sesama manusia, baik di hadapan orang lain dianggap mulia oleh banyak orang, tetapi lupa agar dianggap baik oleh Allah Ta’ala. Karena sederhana sekali konsep Allah tentang kemuliaan dan kebaikan.
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu, (QS. Al Hujuraat: 13).
b.  Memerintahkan manusia mengerjakan yang baik dan mencegah mereka dari perbuatan yang mungkar
Karenanya nasehat Luqman tidak amar ma’ruf dan nahi mungkar terlebih dahulu, tetapi “dirikanlah shalat”, sebagaimana di dalam hadits disebutkan bahwa shalat adalah pembeda antara muslim dan kafir. Kemudian hubungan dengan manusia juga harus tetap dijaga. Menariknya lagi karena Luqman adalah seorang yang bijak, ia tidak menasehati anaknya, “Bergaullah dengan sesama manusia dengan baik,” tetapi Luqman mengatakan, “Perintahkanlah manusia kepada yang ma’ruf dan cegahlah mereka dari yang munkar.” Engkau harus bersama orang lain, engkau harus hidup sebagai makhluk social, tetapi pastikan dirimu harus menjadi aktor, bukan pengikut. Engkau yang menentukan peranmu dalam bersosial harus dimulai dengan semangat untuk menyampakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar.
Hari ini, jika menasehati anak-anak untuk bersosial, maka seolah-olah nasehat ini basi, karena mereka merasa lebih ngerti bagaimana seharusnya gaul dibandingkan orang tuanya. Tetapi ada satu hal yang dilupakan mereka bahwa gaul yang syari’at adalah gaul dimana kita menjadi penentu, berkontribusi dalam kebaikan, dimana kita bisa terus menyuarakan segala kebaikan bukan hanya diam mengikuti arus, inilah gaul yang diinginkan Islam. Ini adalah nasehat kepada anak, bukan kepada ulama’. Namun bunyi nasehatnya sudah terkait amar ma’ruf dan nahi munkar. Agar si anak mengerti kenapa ia harus hidup bersosial. Karena seorang yang selalu ingin amar ma’ruf dan nahi munkar mustahil bisa hidup sendirian, karena dia tidak akan memiliki objek.
c.  Bersabar terhadap musibah yang menimpa
Bersabar terhadap musibah yang menimpa adalah dampak dari semangat mendirikan shalat dan dampak semangat dari amar ma’ruf dan nahi munkar. Dunia tidak akan selamanya memberikan kenyamanan. Ketidaknyamanan itu bagian dari ujian Allah. Ujian hanya pantas dilalui oleh mereka yang selalu bisa bersikap sabar dalam hidupnya. Bagi mereka yang tidak memiliki rasa sabar, maka akan selalu menjadikan ujian sebagai adzab Allah bagi dirinya. Padahal menurut Allah, ketika menjadi seorang mukmin, apapun ketidaknyamanan yang menimpanya, maka kategorinya adalah musibah dan tidak ada makna lain dari kata musibah kecuali ujian dan hanya sabarlah yang bisa melewati ujian.
Luqman telah berpesan banyak dalam satu ayat ini kepada anaknya, tetapi dirangkum dalam kata-kata yang ringkas dan padat, “Bersabarlah dalam menghadapi musibah.
Semangat dirimu dalam menjalankan agama, semangatmu belajar ngaji ketika engkau berusia 4 tahun, semangatmu dalam mengingatkan orang tuamu ketika lupa berdoa sebelum beraktivitas, lupa berbagai doa yang engkau hafal di Tk mu. Jangan lupa, itu semua akan sirna kalau engkau tidak sabar, tidak istiqamah untuk terus mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Betapa banyak hari ini, anak SD dan TK lebih cerdas dari pada kakaknya yang kuliah dalam aspek keagamaan, kenapa bisa begitu? Mereka dahulu juga hafal banyak do’a dan surat, lalu apa yang terjadi pada mereka? Kemungkian orang tuanya lupa menasehati untuk sabar dan istiqamah di jalan kebenaran karena tidak ada yang mudah dalam menjalankan agama. Dampak beragama memang memberikan kemudahan, tetapi perjuangan untuk mewujudkan Islam yang sesungguhnya tidak akan pernah usai, bahkan terkadang setelah meninggal, ternyata perjuangan itu masih terus berjalan.
Namun mohon maaf, sebagian orang tua muslim hari ini, seringkali merasa nyaman ketika putra putrinya yang belum baligh, sudah hafal banyak do’a, rajin shalat, hafal banyak surat, padahal itu belum menjadi kewajiban mereka. Justru sebagian orang tua muslim lupa bahwa ketika anaknya baligh di situlah semuanya mulai dicatat oleh Malaikat, jika baik maka itu pahala, jika buruk maka itu dosa. Orang tua tidak salah, karena niat mereka adalah agar anak membiasakan diri sejak kecil. Namun anehnya, dimana perhatian orang tua di saat anak mereka membutuhkan perhatian orang tuanya terkait keislaman sebagai identitas yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat.
Kemudian Luqman menutupnya dengan “Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. Artinya sesuatu yang hanya bisa dilalui dengan tekad kuat, sesuatu yang hanya bisa dilakukan jika punya semangat perjuangan. Oleh karena itu ada rasul Ulul ‘Azmi, mereka adalah para rasul yang cobaannya luar biasa. Namun dengan kesabaran, kegigihan dan perjuangannya bisa melewati rintangan dakwah yang menimpa mereka. Karena amar ma’ruf dan nahi munkar mustahil kalau tidak berlawanan arus, ketika berlawanan arus, hal itu pasti berat. Nasehat yang dalam lagi penting serta mencengangkan ini, diawali oleh Luqman dengan panggilan “wahai anakku tersayang”, sehingga anak merasa bahwa ayahnya menasehatinya bukan karena benci tapi memang benar-benar disebabkan rasa sayang.
Prinsip Mu’amalah (interaksi dengan manusia)
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (QS. Luqman: 18).
a.  Tidak memalingkan muka dari manusia karena sombong
Jangan memalingkan mukamu dari manusia, maksudnya pandanglah manusia, hormatilah mereka sebagaimana Allah menghormatimu, menjadikanmu makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan-Nya. Kenapa yang dinasehatkan di sini adalah supaya jangan memalingkan muka? padahal masih banyak bentuk-bentuk kesombongan yang lain. Tapi sikap, wajah, cara memandang dan melihat orang lain, jangan kita beda-bedakan, karena mereka adalah hamba Allah. Mereka juga bisa masuk surga, walaupun mungkin mereka tidak ada nilainya di dunia ini, tetapi jika mereka taat, mereka bisa lebih baik dari dirimu. Hal ini tidak terbatas pada yang muslim saja, kafirpun sama. Jangan memalingkan muka dari mereka karena nasehat Luqman adalah untuk semua manusia. Dan ini dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau berdakwah di Tha’if, kemudian dibalas dengan pelemparan batu sampai tubuhnya dipenuhi darah. Apakah Beliau marah? Tidak.
Ketahuilah bahwa esok hari manusia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dirinya.  Maka silahkan hari ini berbangga dengan segala keislaman yang sudah dipraktekkan, tapi beranikah bersumpah bahwa esok hari akan sama dengan hari ini? Manusia hanya berusaha untuk menjadi baik, dan alhamdulillah Allah memberikan taufiq-Nya sehingga usaha-usahanya mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala, sehingga tidak ada alasan sama sekali untuk menyombongkan diri di hadapan orang lain.
b. Tidak berjalan di muka bumi dengan angkuh
Begitu pula saat engkau berjalan, tidak perlu melangkah dengan langkah yang berbeda. Sikap, cara pandang, cara berjalan, semuanya dikritisi oleh Luqman. Hal ini terkait dengan bagaimana membentuk karakter low profile (merendah diri).
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan.”
Luqman mengajarkan proposionalitas dalam bersikap dan berperilaku kepada anaknya. “Sederhanalah kamu dalam berjalan” berarti punya maksud, tujuan, efisien, ekonomis dan efektif dalam setiap langkah. Luqman mengajarkan anaknya agar apapun yang dilakukan dalam hidupnya harus selalu diawali dengan niat yang jelas, visi dan misinya apa dan tujuannya harus jelas. Dan itu semua harus dicapai dengan seefisien dan seefektif mungkin. Ini adalah makna dari sederhana dalam melangkah, namun sebenarnya pengertiannya sangat dalam.
c. Merendahkan suara
Menahan volume suara jika memang bisa tersampaikan dengan baik, hanya dengan bersuara berbisik, kenapa harus dengan nada suara besar. Kalau memang hal itu bisa terdengar dengan baik dengan volume tertentu kenapa harus dikencangkan. Inilah proposionalitas, bersikap, bertingkah dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan saja. Dan ketika akan melakukan sesuatu lakukanlah dengan cara yang cerdas, sehingga kamu tidak perlu berpeluh keringat tapi yang penting adalah tujuan-tujuan muliamu bisa tercapai.
Kemudian ditutup dengan kalimat, “Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Suara keledai adalah suara yang paling dibenci Allah, dan suara yang paling tidak nyaman didengar oleh telinga. Suara keledai persis seperti suara terompet di malam tahun baru masehi. Luqman ingin mengingatkan dan memberikan contoh kepada anaknya seperti apa suara yang tidak penting tapi terus diperdengarkan, contohnya adalah suara keledai.
Wallahu Ta’ala a’lam…

Tidak ada komentar: